Kamis, 24 Mei 2018

Penerapan Smart City di Kota Tokyo Jepang


Smart city adalah konsep kota cerdas yang dirancang guna membantu berbagai hal kegiatan masyarakat, terutama dalam upaya mengelola sumber daya yang ada dengan efisien, serta memberikan kemudahan mengakses informasi kepada masyarakat, hingga untuk mengantisipasi kejadian yang tak terduga sebelumnya. Jadi sih intinya konsep Smart City ini memiliki visi untuk mengintergasikan informasi teknologi komunikasi (IT) dan internet dan menjadikannya menjadi solusi yang aman untuk mengelola aset kota tersebut. Aset tersebut bisa berupa sistem informasi departemen lokal, sekolah, perpustakaan, rumah sakit, transportasi publik, pembangkit listrik dan layanan masyarakat lainnya.



Menurut Cities in Motion Index (CIMI), Tokyo meraih peringkat pertama sebagai kota cerdas terbaik di dunia. Gak heran lagi negara yang dijuluki negeri matahari terbit ini menjadi peringkat paling atas, Kota nya bersih, Masyarakatnya patuh pada aturan dsb. Kota Tokyo yang merupakan ibukota negara Jepang adalah salah satu kota metropolitan cerdas berkelas dunia berbasis teknologi canggih. Tak dapat dipungkiri Kota Tokyo yang berpopulasi 35 juta jiwa telah terbukti sebagai kota yang bersih, aman dan nyaman. Ada lima komponen yang menjadikan Tokyo bisa menjadi kota seperti sekarang yaitu pemerintahan yang cerdas, ekonomi, mobilitas, lingkungan, sumber daya manusia, dan kawasan perumahan. Kecerdasan Kota Tokyo yang paling sederhana terletak pada sisi transportasinya. Salah satu alasan mengapa Tokyo bisa menjadi smart city nomor 1 di dunia dikarenakan ia memiliki kekuatan transportasi jika dibandingkan dengan kota lainnya.



Kebanyakan orang jepang menggunakan subway karena tepat waktu dan harganya murah, Hanya sekitar 150-170¥. Subway tersebut menggunakan semacam ID Card bernama Pasmo atau Suica untuk pembayaran, Anda hanya perlu mengisi saldo pada kartu tersebut ditambah pengisian yang terdapat di seluruh subway, penggunaan nya sangat mudah karena hanya tinggal Tap saja. Karena saya juga sangat mengerti kebutuhan masyarakat Tokyo yang sangat mengagungkan waktu daripada apapun. Kartu tersebut juga dapat digunakan untuk membeli minuman di vending machine, membeli barang di convenience store ataupun naik bus. Simple, Aman dan Nyaman ditambah juga ramah untuk wisatawan asing. Karena transportasi yang aman dan modern serta mudah digunakan masyarakat adalah salah satu konsep dari Smart City.



Meledaknya jumlah populasi manusia di dunia, termasuk kota Tokyo memang sudah diprediksi sejak lalu. Oleh karena itu, konsep smart city harus diterapkan agar kota menjadi lebih teratur. Salah satu konsep smart city yang terkenal di Tokyo dan menarik minat pemerintah Indonesia adalah transportasi umumnya seperti subway. Di Tokyo, semua masyarakat bisa pergi kemanapun dengan menggunakan subway, karena sangat nyaman, aman dan rutenya banyak. Sehingga masyarakat lebih memilih kendaraan umum dibanding kendaraan pribadi. Sehingga bisa mengurangi polusi dan masyarakat senang menggunakan kendaraan umum.

Selain menggunakan subway dan bus untuk mengelilingi Tokyo bahkan ke prefektur sebelah, Konsep Smart City yang ditambahkan oleh pemerintah Jepang adalah sepeda dan tempat parkirnya? Kenapa? Di Jepang membuat SIM memang sangat ribet dan biayanya juga mahal, mungkin pemerintah disana ingin tetap menjaga kadar polusi udara dengan membatasi orang-orang yang memiliki SIM ataupun orang-orang yang bisa mengendarai kendaraan. Sepeda pun jadi transportasi yang umum dan banyak ditemukan disekitar Tokyo. Namun saking banyaknya pengguna sepeda, Pemerintah disana kebingungan memberikan fasilitas parkir sepeda. Karena lahan di Tokyo benar-benar sangat mahal dan sempit, Tetapi mereka tidak kehabisan ide, Jepang membuat tempat parkir sepeda di bawah tanah! Mereka menggunakan teknologi lift dan robot untuk mengatasi masalah ini. Anda dapat mengecek liputan videonya dibawah ini. Namun sepeda anda sebelumnya harus dipasang IC chip terlebih dahulu untuk memanfaatkan fasilitas tempat parkir ini.

Selain sistem transportasi di Tokyo jepang juga ada “Urban Farm” yaitu sebuah garden (taman) atau saya akan sebut perkebunan di dalam gedung alias indoor, namun beberapa ada yang terletak di rooftop gedung itu sendiri. Tanah di Tokyo memang sangat mahal, padat dan sempit. Memungkinkan mereka tidak bisa berkebun dengan leluasa di tanah ataupun persawahan. Perkebunan ini setidaknya memasok beberapa buah maupun sayuran yang bisa dimakan ataupun hanya sekedar hobi beberapa orang-orang yang menyukai berkebun namun dengan lahan yang sangat minim. Menurut beberapa sumber perkebunan ini bisa diatur suhu dan kelembapan dengan lampu-lampu yang dihubungkan dengan komputer untuk menjaganya. Makanya teknologi benar-benar sangat dibutuhkan. Iya juga sih karena tanaman ini membutuhkan memang membutuhkan cahaya matahari untuk berfotosintesis, Kalau tidak diberikan cahaya sama sekali jadi tidak bisa tumbuh dengan sempurna.

Satu hal yang menonjol dari Tokyo adalah bekerja sama dengan vendor Panasonic, Accenture, dan Tokyo Gas untuk membuat rumah dengan panel surya, penyimpanan daya baterai, dan peralatan yang hemat energi dimana semuanya akan terhubung. Selain itu, Tokyo juga fokus dalam mempromosikan solusi smart mobility.
Infrastruktur internet di kota ini salah satu yang terbaik di dunia, juga yang termurah, untuk internet super cepat 100 Mbps ‘hanya’ $50 atau setara 500 ribu rupiah. Yang luar biasa akses internet menggunakan fiber optik dengan kecepatan 1 Gbps yang dikenal dengan ‘Fibre to the Home’ (FTTH) disediakan oleh Kansai Electric Power ‘hanya’ dengan $90 per bulan. Tidak heran kalau SMS sudah tidak populer di negara Sakura ini, mayoritas warga menggunakan e-mail untuk komunikasi sehari-hari, membuat SMS tampak ‘kuno’

Indonesia harus belajar banyak dari Tokyo, walaupun memiliki jumlah populasi yang tinggi namun tetap bisa menjaga kotanya dan memajukan kotanya sendiri dengan konsep smart city. Mulailah dengan mengubah mindset dan menimbulkan rasa peduli terhadap kota sendiri.

Referensi : https://akidyuke.wordpress.com/2017/02/13/perkembangan-smart-city-di-tokyo/