Smart city adalah konsep kota cerdas yang dirancang guna membantu
berbagai hal kegiatan masyarakat, terutama dalam upaya mengelola sumber daya
yang ada dengan efisien, serta memberikan kemudahan mengakses informasi kepada
masyarakat, hingga untuk mengantisipasi kejadian yang tak terduga sebelumnya. Jadi sih intinya konsep Smart City ini memiliki visi untuk
mengintergasikan informasi teknologi komunikasi (IT) dan internet dan
menjadikannya menjadi solusi yang aman untuk mengelola aset kota tersebut. Aset
tersebut bisa berupa sistem informasi departemen lokal, sekolah, perpustakaan,
rumah sakit, transportasi publik, pembangkit listrik dan layanan masyarakat
lainnya.
Menurut Cities in Motion Index (CIMI), Tokyo meraih peringkat
pertama sebagai kota cerdas terbaik di dunia. Gak heran lagi negara yang
dijuluki negeri matahari terbit ini menjadi peringkat paling atas, Kota nya bersih,
Masyarakatnya patuh pada aturan dsb. Kota Tokyo yang merupakan ibukota negara Jepang adalah salah
satu kota metropolitan cerdas berkelas dunia berbasis teknologi canggih. Tak
dapat dipungkiri Kota Tokyo yang berpopulasi 35 juta jiwa telah terbukti
sebagai kota yang bersih, aman dan nyaman. Ada lima komponen yang menjadikan
Tokyo bisa menjadi kota seperti sekarang yaitu pemerintahan yang cerdas,
ekonomi, mobilitas, lingkungan, sumber daya manusia, dan kawasan perumahan.
Kecerdasan Kota Tokyo yang paling sederhana terletak pada sisi transportasinya.
Salah satu alasan mengapa Tokyo bisa menjadi smart city nomor 1 di dunia
dikarenakan ia memiliki kekuatan transportasi jika dibandingkan dengan kota
lainnya.
Kebanyakan orang jepang menggunakan subway karena tepat waktu
dan harganya murah, Hanya sekitar 150-170¥. Subway tersebut menggunakan semacam
ID Card bernama Pasmo atau Suica untuk pembayaran, Anda hanya perlu mengisi
saldo pada kartu tersebut ditambah pengisian yang terdapat di seluruh subway,
penggunaan nya sangat mudah karena hanya tinggal Tap saja. Karena saya juga
sangat mengerti kebutuhan masyarakat Tokyo yang sangat mengagungkan waktu
daripada apapun. Kartu tersebut juga dapat digunakan untuk membeli minuman di
vending machine, membeli barang di convenience store ataupun naik bus. Simple,
Aman dan Nyaman ditambah juga ramah untuk wisatawan asing. Karena transportasi
yang aman dan modern serta mudah digunakan masyarakat adalah salah satu konsep
dari Smart City.
Meledaknya jumlah populasi manusia di dunia, termasuk kota Tokyo
memang sudah diprediksi sejak lalu. Oleh karena itu, konsep smart city harus
diterapkan agar kota menjadi lebih teratur. Salah satu konsep smart city yang
terkenal di Tokyo dan menarik minat pemerintah Indonesia adalah transportasi umumnya
seperti subway. Di Tokyo, semua masyarakat bisa pergi kemanapun dengan
menggunakan subway, karena sangat nyaman, aman dan rutenya banyak. Sehingga
masyarakat lebih memilih kendaraan umum dibanding kendaraan pribadi. Sehingga
bisa mengurangi polusi dan masyarakat senang menggunakan kendaraan umum.
Selain menggunakan subway dan bus untuk
mengelilingi Tokyo bahkan ke prefektur sebelah, Konsep Smart City yang
ditambahkan oleh pemerintah Jepang adalah sepeda dan tempat parkirnya? Kenapa?
Di Jepang membuat SIM memang sangat ribet dan biayanya juga mahal, mungkin
pemerintah disana ingin tetap menjaga kadar polusi udara dengan membatasi
orang-orang yang memiliki SIM ataupun orang-orang yang bisa mengendarai
kendaraan. Sepeda pun jadi transportasi yang umum dan banyak ditemukan
disekitar Tokyo. Namun saking banyaknya pengguna sepeda, Pemerintah disana
kebingungan memberikan fasilitas parkir sepeda. Karena lahan di Tokyo
benar-benar sangat mahal dan sempit, Tetapi mereka tidak kehabisan ide, Jepang
membuat tempat parkir sepeda di bawah tanah! Mereka menggunakan teknologi lift
dan robot untuk mengatasi masalah ini. Anda dapat mengecek liputan videonya
dibawah ini. Namun sepeda anda sebelumnya harus dipasang IC chip terlebih
dahulu untuk memanfaatkan fasilitas tempat parkir ini.
Selain sistem transportasi di Tokyo jepang juga
ada “Urban Farm” yaitu sebuah garden (taman) atau saya akan sebut perkebunan di
dalam gedung alias indoor, namun beberapa ada yang terletak di rooftop gedung
itu sendiri. Tanah di Tokyo memang sangat mahal, padat dan sempit. Memungkinkan
mereka tidak bisa berkebun dengan leluasa di tanah ataupun persawahan. Perkebunan
ini setidaknya memasok beberapa buah maupun sayuran yang bisa dimakan ataupun
hanya sekedar hobi beberapa orang-orang yang menyukai berkebun namun dengan
lahan yang sangat minim. Menurut beberapa sumber perkebunan ini bisa diatur
suhu dan kelembapan dengan lampu-lampu yang dihubungkan dengan komputer untuk
menjaganya. Makanya teknologi benar-benar sangat dibutuhkan. Iya juga sih
karena tanaman ini membutuhkan memang membutuhkan cahaya matahari untuk
berfotosintesis, Kalau tidak diberikan cahaya sama sekali jadi tidak bisa
tumbuh dengan sempurna.
Satu hal yang
menonjol dari Tokyo adalah bekerja sama dengan vendor Panasonic, Accenture, dan
Tokyo Gas untuk membuat rumah dengan panel surya, penyimpanan daya baterai, dan
peralatan yang hemat energi dimana semuanya akan terhubung. Selain itu, Tokyo
juga fokus dalam mempromosikan solusi smart mobility.
Infrastruktur
internet di kota ini salah satu yang terbaik di dunia, juga yang termurah,
untuk internet super cepat 100 Mbps ‘hanya’ $50 atau setara 500 ribu rupiah.
Yang luar biasa akses internet menggunakan fiber optik dengan kecepatan 1 Gbps
yang dikenal dengan ‘Fibre to the Home’ (FTTH) disediakan oleh Kansai Electric
Power ‘hanya’ dengan $90 per bulan. Tidak heran kalau SMS sudah tidak populer
di negara Sakura ini, mayoritas warga menggunakan e-mail untuk komunikasi
sehari-hari, membuat SMS tampak ‘kuno’
Indonesia harus belajar banyak dari Tokyo,
walaupun memiliki jumlah populasi yang tinggi namun tetap bisa menjaga kotanya
dan memajukan kotanya sendiri dengan konsep smart city. Mulailah dengan
mengubah mindset dan menimbulkan rasa peduli terhadap kota sendiri.
Referensi : https://akidyuke.wordpress.com/2017/02/13/perkembangan-smart-city-di-tokyo/
Referensi : https://akidyuke.wordpress.com/2017/02/13/perkembangan-smart-city-di-tokyo/